Puisi mungkin adalah jenis sastra yang paling sulit. Ini mungkin karena sifat kebanyakan puisi membutuhkan kepadatan dan intensitas yang tidak biasa ditemukan dalam prosa. Setiap kata yang dimuat dalam puisi memiliki bobot makna yang lebih besar daripada yang terdapat dalam prosa biasa.
Puisi juga merupakan suara hati penyairnya. Sebuah puisi, sesungguhnya adalah ekspresi yang memungkinkan penyair menyampaikan “pemaknaan ulang” atas realitas yang teramati; dimana ia terlibat secara intens di dalamnya.
Itulah sebabnya puisi memiliki lirik-lirik yang memuat kualitas perasaan dan pemikiran penyairnya terhadap realitas faktual, yang secara khusus digubah menjadi kenyataan baru dengan cara yang sangat personal – dunia puisi.
Menurut Robert Frost, Penyair Amerika, “Puisi adalah saat emosi menemukan pikirannya, dan pikiran menemukan kata-kata."
Bagi William Wordsworth, sebuah puisi adalah limpahan perasaan yang kuat secara spontan: ia berasal dari emosi yang diingat kembali dalam ketenangan.
Pandangan klasik tentang puisi ini lebih menekankan pada aspek laku kontemplatif dari endapan emosi personal. Melalui perenungan yang mendalam, endapan emosi yang berlimpah ditelusuri kembali akar peristiwanya dalam rangka menemukan intisari makna yang terkandung.
Lebih jauh lagi Dylan Thomas mengatakan bahwa puisi merekonstruksi kenyataan faktual untuk menjadi lebih baik lagi.
“Puisi yang bagus adalah kontribusi pada kenyataan. Dunia tidak pernah sama setelah puisi yang bagus ditambahkan ke dalamnya. Puisi yang bagus membantu mengubah bentuk alam semesta, membantu memperluas pengetahuan setiap orang tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.”
Ringkasnya, apapun pengertian yang diberikan pada salah satu jenre sastra ini, puisi lahir dari upaya yang bersungguh-sungguh dari penyairnya untuk mengeksplorasi makna dari tiap pengalaman hidup yang dilalui, sehingga ia memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang dirinya, keberadaannya, dan dunia dimana ia hidup secara aktif di dalamnya. []
0 komentar:
Posting Komentar