"K" untuk kantong dan kering."
"K" bukan untuk kolor, kutang, kutu, kerbau atau kalkun.
Dan beginilah jadinya..
Kemarin ia baik-baik saja. Anaknya masih manis dan penurut, masih suka mendengarkan kata-katanya bila ia nasihati.
Sejak kantongnya mulai kering, segala sesuatu berubah. Sepertinya ia sedang berada di tempat yang amat asing. Rumahnya adalah lubang yang dalam, menyempit di ujung dan menyesakkan. Orang-orang di dalamnya pun tampak aneh. Anak semata wayangnya kini suka melotot persis boneka roh berwajah sadis. Dan ketika keinginannya tak dituruti, ia akan menjerit bak sangsakala menjelang kiamat. Istrinya amat tangkas melempari botol-botol sirup kosong ke udara. Ia telah menjadi pemain sirkus yang andal dan bisa berjumpalitan dari meja makan langsung ke atas kompor gas. Entah dimana istrinya mempelajari ketrampilan barunya itu. Tapi tampaknya cukup meruapkan bulu tengkuknya.
Sebelum berangkat kerja, pagi ini ia disuguhi sepotong kolor lusuh yang beruap-uap, dan sepiring kutang yang diberi kuah oli bekas.
Di kepalanya seekor kutu sebesar kerbau sedang berkubang di antara akar-akar rambutnya. Kepalanya gatal bukan kepalang. Kubau - kutu sebesar kerbau rupanya sedang asyik memamah helai demi helai rambutnya. Astaga ia kini seekor kalkun tanpa sehelai bulu pun!
Ia bergumam, "Apa pun bisa terjadi saat kantong lagi kering.. "
0 komentar:
Posting Komentar