8 Feb 2021

 

Mengenang Pramoedya Ananta Toer


Di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925, lahirlah seorang anak laki-laki dari pasangan Mastoer dan Oemi Saidah, yang diberi nama Pramoedya Ananta Mastoer (yang kemudian lebih dikenal dengan Pramoedya Anata Toer). Ia adalah putra sulung dari ayahnya yang seorang kepala sekolah Institut Budi Oetomo. 

Pram memiliki banyak saudara kandung yakni Soesila Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Oemisafaatoen Toer, Prawito Toer, Koenmarjatoen Toer, Soesetyo Toer, dan Soesanti Toer. 


Pendidikan

Pramoedya mengikuti pendidikan di SD Institut Boedi Oetomo (IBO), Blora. Lalu, ia juga menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio Vakschool 3 selama 6 bulan di Surabaya. Di Jakarta Pram pernah mengikuti kelas Stenografi di Chuo Sangi-In selama satu tahun. 

Ia juga mengikuti kelas dan Seminar Perekonomian dan Sosiologi oleh Drs. Mohammad Hatta, Maruto Nitimihardjo, Taman Dewasa: Sekolah ini ditutup oleh Jepang, 1942-1943

Pram pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Islam: Kelas Filosofi dan Sosiologi, Jakarta. 


Karir Selain Pengarang

Pramoedya pernah melakoni sejumlah profesi selain daripada profesinya yang pengarang. Ia pernah menjadi juru ketik di Kantor Berita Domei, Jakarta, selama 2 tahun (1942-1944). Menjadi instruktur kelas stenografi di Domei. Sebagai Editor Japanese-Chinese War Chronicle di Domei, dan juga berprofesi sebagai reporter dan Editor untuk Majalah Sadar, Jakarta, pada 1947. 

Pada masa remaja, Pramoedya Ananta Toer pernah mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949.

1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia.

Antara tahun 1951 sampai 1952, Pram bekerja sebagai editor di Departemen Literatur Modern Balai Pustaka, Jakarta. Selama 3 tahun (1962 - 1965), ia bekerja sebagai editor rubrik budaya di Surat Kabar Lentera, Bintang Timur yang berada di Jakarta. 

Ia juga bekerja di Fakultas Sastra Universitas Res Publica (sekarang Trisakti) juga di rentang waktu 1962 - 1965.

Pram selama satu tahun (1964-1965) bekerja di Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai. 


Dipenjara Karena Mengkritik

Pram seorang penulis yang kritis. Dalam semua karyanya selalu ada kritik sosial terhadap keadaan yang dinilainya tidak pantas dan butuh perbaikan. Akibatnya, ia sering keluar masuk penjara. Pram pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa orde lama. Kemudian, selama masa Orde Baru Pram ditahan selama 14 tahun (13 Oktober 1965-Juli 1969, pulau Nusa-Kambangan Juli 1969-16 Agustus 1969, pulau Buru Agustus 1969-12 November 1979, Magelang/Banyumanik November-Desember 1979) tanpa proses pengadilan.

Pada tanggal 21 Desember 1979 Pramoedya Ananta Toer mendapat surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat dalam G30S PKI.

Namun Pramoedya Ananta Toer masih dikenakan tahanan rumah, tahanan kota, tahanan negara sampai tahun 1999 dan wajib lapor ke Kodim Jakarta Timur satu kali seminggu selama kurang lebih 2 tahun.

Penjara tak membuatnya berhenti sejengkal pun menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Dan ia konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang dan dibakar.


Menulis Karya Fenomenal

Karya Pramoedya Ananta Toer yang paling fenomenal adalah buku yang bertajuk Tetralogi Buru yang berisi 4 novel, yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah kaca.

Buku-buku tersebut pernah dilarang pada 1981 oleh Kejaksaan Agung RI dengan surat larangan nomer SK-052/JA/5/1981.

Sejak larangan itu keluar, beberapa mahasiswa pernah dipenjara dengan tuduhan menyimpan dan mengedarkan buku. Alasan mendasar beberapa karya Pram dilarang karena ia dikait-kaitkan dengan Lembaga Kesenian Rakyat atau LEKRA, organisasi kebudayaan di bawah Partai Komunis Indonesia.

Buku-buku karyanya yang pernah dilarang kini sudah dijual bebas.

Namun surat larangan Kejaksaan Agung itu belum pernah dicabut walaupun peraturan yang menjadi dasar pelarangan buku-buku di Indonesia yang dianggap kiri atau berhaluan komunis sudah dibatalkan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi tahun 2010.


Beragam Penghargaan

Dari tanganya yang dingin telah lahir lebih dari 50 karya dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing. 

Karena kiprahnya di gelanggang sastra dan kebudayaan, Pramoedya Ananta Toer dianugerahi pelbagai penghargaan internasional, sebagai berikut:

Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988

Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989

Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995

Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995

UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Prancis, 1996

Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999

Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999

Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication République, Paris, Prancis, 1999

New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000

Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000

The Norwegian Authors Union, 2004

Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004

Beliau juga satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali disebut dalam daftar Kandidat Pemenang Nobel Sastra. 


Berpulang

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. 

27 April 2006 kesehatan Pram mulai memburuk. Ia didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah diidapnya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Upaya keluarga untuk merujuknya ke rumah sakit tidak membawa banyak hasil, malah kondisinya semakin memburuk dan akhirnya meninggal pada 30 April 2006 di Jakarta.


Kata-Kata Bijak dari Pram

Dalam rangka mengenang jasa-jasanya dalam memberikan wawasan ilmu pengetahuan luas, mempertajam nalar kritis anak bangsa Indonesia, mari kita membaca karya-karya sastra karangan beliau.

Berikut sejumlah kutipan diambil dari buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer:

1. "Kasihan hanya perasaan orang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat. Kasihan hanya satu kemewahan, atau satu kelemahan. Yang terpuji memang dia yang mampu melakukan kemauan baiknya."

2. "Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri."

3. "Pendapat umum perlu dan harus diindahkan, dihormati, kalau benar. Kalau salah, mengapa harus dihormati dan diindahkan?"

4. "Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil masih sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar."

5. "Cinta itu indah, Minke, juga kebinasaan yang mungkin membuntutinya. Orang harus berani menghadapi akibatnya."

6. "Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi. "

7. "Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima."

8. "Harus adil sudah sejak dalam pikiran, jangan ikut-ikutan jadi hakim tentang perkara yang tidak diketahui benar tidaknya. "

9. "Sekali dalam hidup orang mesti menentukan sikap. Kalau tidak, dia tidak akan jadi apa-apa."

10. "Setiap orang pernah dinilai buruk atau baik oleh orang ketiga. Juga sebaliknya pernah ikut menilai. "

11. "Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal kemput."

12. "Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya. "

13. "Kan baik belum tentu benar, juga belum tentu tepat? Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok?" desak Miriam.

14. "Semua datang dari pelajaran dan latihan. Juga kepercayaan datang dari situ."

15. "Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai."

16. "Bahwa setiap orang masih membutuhkan kepercayaan dalam keadaan segenting-gentingnya bukanlah terdapat di lapangan kesusasteraan saja. Orang-orang yang dianggap bajingan sekalipun masih percaya pada kebenarannya yang terakhir yang disimpannya baik-baik dalam hatinya. Dan inilah yang menghiburkannya di kala sesalan datang menyerang. Hanya saja, bagi mereka, kepercayaannya yang terakhir itu adalah kepercayaan yang tak dapat ia bela, tak dapat ia hidupkan dan besarkan."

17. "Perjuangan adalah akibat dari adanya cita, dan cita ini akan dikembangkan. Dan perjuangan selalu bergandengan dengan penderitaan. Tetapi, penderitaan karena adanya cita adalah pengurbanan yang nikmat. "

18. "Hanya orang kuat saja dapat memperkaya jiwanya dalam penderitaan. Penderitaan hanya obyek hidup. Lain bagi jiwa lemah yang memandang penderitaan sebagai dewa yang menentukan hidupnya."

19. "Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia."

20. "Orang boleh percaya pada segala yang tidak benar. Sejarah adalah sejarah pembebasan dari kepercayaan tidak benar, perjuangan melawan kebodohan, ketidaktahuan."

Share:

0 komentar:

Posting Komentar