26 Mei 2013

 

Jejaring Prasangka

Saya punya pengalaman yang cukup menggelikan sehubungan dengan pandangan saya terhadap “kekuatan magis” angka tertentu.

Angka 11 cukup kuat menorehkan kesan mendalam di dalam diri saya. Maka, saya pun sering terilhami mendadak untuk mengatur tindakan ke arah titik waktu yang ada dalam bingkai angka 11. Seperti yang saya paparkan berikut:

“KEHADIRAN ANDA HARUS 15 MENIT SEBELUM PUKUL 07.00 WIB !!!” begitu bunyi jeritan tertulis di papan pengumuman yang saya lihat.

Mengapa jeritan tertulis? Ya, karena ada tiga tanda seru - berteriak histeris bagai orang mengharap pertolongan ketika dikejar buaya sungai yang tak ramah - pengumuman itu bak ultimatum membombardir kesadaran para pekerja kontrakan, termasuk saya waktu itu.

Tapi, saya melihat kalau angka 7 dijumlahkan dengan angka 15 hasilnya melampaui angka 11. Sungguh berlebihan, bukan? Karena, penjumlahannya menghasilkan angka 22, sekali lagi bukan angka 11 yang berkesan itu. Saya pun berinisiatif supaya hasil penjumlahannya 11. Lalu, seketika terlintas dalam benak saya bagaimana jika angka 7 tadi ditambah dengan 4? Ide yang cerdas, bukan? Sebab, hasil dari (0+7) + (4+0) adalah 11.

Tiba di tempat kerja..

“Pak, kemari sebentar..” tegur atasan saya.

Saya pun dengan penuh percaya diri tanpa perasaan bersalah menghampirinya, “Ada apa, Pak?”

“Bapak sudah terlambat datang 55 menit dari yang sudah ditetapkan,” katanya mengingatkan saya yang tiba pukul 07.40. Telat 40 menit ditambah 15 menit lagi dari peraturan yang ditetapkan. Menakjubkan kemampuan matematika dasarnya saat itu. Saya harus legowo mengakuinya.

“Sudah betul, Pak! Jam tangan saya juga menunjukkannya,” kata saya menanggapi.

Atasan saya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia paham anak buahnya ini cepat menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Sungguh anugerah bagi seorang pimpinan bila memiliki bawahan yang patuh, yang cepat mengakui kesalahan pribadinya. Demikian saya memaknai anggukan kepalanya itu. Namun, rupanya ia luput memahami bahwa pikiran itu tak pernah bebas dari prasangka. Jika laba-laba selalu mati dalam jejaring yang dipintalnya sendiri, maka manusia sering mendapat masalah oleh jejaring prasangkanya.

“Baiklah, Pak..” kata saya sembari memperhatikan mimik wajahnya yang dipasang paksa citra kewibawaan, “Mungkin besok saya akan datang..”

“Ya, bapak harus datang 15 menit sebelum pukul 07.00,” potongnya cepat.

“Maksud saya begini, Pak.. Saya pastikan akan tiba di sini tepat pukul 08.03 saja. Bagaimana, Pak?”

Saya langsung ditinggalnya pergi masuk ke kantor. Di dalam ruangannya, ia mulai menambahi catatan khusus untuk diri saya. Semoga dicatatnya juga kefanatikan saya akan angka 11. Saya berharap atasan saya sudi menjumlahkan (0+8) + (0+3) = 11.  Mudah-mudahan  beliau berkenan melakukannya..
Share:

0 komentar:

Posting Komentar