Mungkin foto dapat menjadi obat mujarab melawan lupa. Di dalamnya ada peristiwa yang terekam, dan semoga bisa mengekalkan suatu peristiwa yang pernah dialami tetap lekat dalam ingatan. Bisa jadi menolong kita mengenang hal-hal tertentu yang berkesan ketika kita lupa kapan kejadiannya. Atau, setidaknya kita bisa melihat perkembangan keadaan yang ada.
Alasan inilah yang membuat saya memotret apa yang menarik di sekitar lingkungan sosial saya. Berikut ini beberapa peristiwa di lingkungan sosial yang sempat saya abadikan dalam foto.
1. Rumah Panggung yang Tergusur
Geliat ekonomi telah berperan serta dalam menggusur keberadaan rumah panggung di Kota Jambi. Keberadaan rumah panggung yang memiliki filosofinya tersendiri, yakni "Alam Takambang Jadi Guru" (Berguru kepada alam lingkungan sekitar) semakin sedikit terlihat di wilayah perkotaan. Kalau pun ada, itu biasanya tersembunyi di belakang dinding deretan rumah toko (ruko) yang menutupi.
Rumah-rumah panggung yang merupakan ciri masyarakat komunal Melayu Jambi terlihat malu-malu menampakkan eksistensinya, seperti minder dengan kokohnya dinding beton rumah-rumah toko yang semakin menjulang tinggi.
Atau jika tidak demikian, rumah panggung yang identik dengan tiang-tiang penyangga tingginya itu terkesan sebagai rumah tua yang ditutupi belukar merambat liar, terabaikan.
Begitulah nasib si rumah panggung. Sekalipun ia merekam jejak masa lalu dimana orang-orang dapat bersikap bijak dengan alam lingkungan sekitar dan penuh toleransi yang mencirikan komunitas Melayu; tetapi rumah panggung mesti rela hanya menjadi ingatan yang akan cepat mengabur berganti dengan ruko-ruko yang menyebar secara sporadis karena pertimbangan motif ekonomi.
2. Sado, Si Kereta Kuda Santai dengan Penumpang Istimewanya
Di daerah-daerah Indonesia lainnya ia punya beragam sebutan. Begitu pula di Kota Jambi kereta berkuda satu ini sering disebut sebagai "sado". Saat ini jarang sekali orang-orang menumpang kendaraan ini untuk berpergian. Sesekali tampak penumpangnya adalah wanita berumur keturunan Tionghoa menaikinya.
"O, nyonya itu memang langganan bapak, dik.. Dia naik sado bapak sudah dari belasan tahun yang lalu," terang si pak kusir pada saya. "Dia biasanya pulang ke rumahnya di Kampung Manggis sekitar jam tigaan kayak tadi. Dari toko anaknya di deretan toko elektronik itu." Saya hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasannya.
"Kalau boleh tahu, nih, pak.. Sehari bapak bisa dapat berapa penumpang?"
"Sekarang ini paling banyak tiga orang. Itu semua langganan bapak dari dulu," jawab pak kusir polos. "Ya, kalau lagi tidak narik, bapak ginilah.. Santai dulu.." Senyum pak kusir mengembang.
"Sekalian buat kudanya istirahat, ya, pak?"
"Iya, dik.. Si Rocky kan bukan mesin mobil. Hehehe..."
Pak Badrun si penarik sado menawarkan kisah masa lalu yang ia coba perbaharui lagi. Konon sebelum Kota Jambi memiliki jalan-jalan beraspal mulus, sado dengan kudanya yang didatangkan dari daerah-daerah kabupaten tertentu di Provinsi Sumatra Barat menjadi andalan transportasi darat. Para penumpangnya? Tentu jumlahnya tak hanya tiga orang saja sebagaimana penumpang langganan si pak kusir Badrun saat ini.
Kini di jalan-jalan beraspal mulus Kota Jambi, sado mencoba tetap eksis dengan menembus belukar kendaraan bermesin lainnya.
"Tuk...tik...tak...tik...tuk... Tuk...tik...tak...tik...tuk...
Suara sepatu sado..."
3. Kreativitas Petani Kangkung
Air sungai Marem yang dua minggu sebelumnya naik melimpah; kini baru saja menyurut. Berbagai jenis sampah sisa banjir tampak terdampar di pinggirnya. Sampah seperti ban-ban mobil bekas teronggok berhias lumpur sungai yang menempel. Ini sama sekali tak mengusik Uni Ratna. Ia masih khusyuk membenahi tanaman kangkungnya yang berpelampung styrofoam, yang sebelumnya hanya menjadi sampah bawaan banjir. Ia mengalih-fungsikannya sebagai pelampung terikat di batang-batang bambu bingkai petak tanaman kangkungnya.
"Kangkung air ini hidupnya mudah," katanya sambil mengikat rumpun kangkung. Sepetak ini hasilnya bisa sampai 50-an ikat. Di pasar Angso Duo seikatnya dibeli orang RP. 700 - 800-an. Kan Lumayan?!"
Kreativitas tak jarang muncul karena kondisi yang melingkupi diri seorang individu. Niscaya seorang yang kreatif tak akan kehilangan daya hidupnya yang enerjik dalam hal menanggapi realitas yang paling sulit bagaimanapun. Inilah yang Uni Ratna buktikan. Ia yang juga berprofesi sebagai buruh upah pengupas bawang merah itu selalu bisa melihat apapun yang memberi manfaat pada diri dan keluarganya yang sangat bersahaja, yang tentunya dengan sikap dan semangat hidup penuh kreativitas.
4. Gedung dan Monumen Tugu Juang
Lalu waktu sampai juga di sini.
Anginlah tunggangannya,
ia bawa kisah lampau
yang lama pergi merantau
pulang kembali bersama segurat tanya:
"Mengapa hanya sebagai monumen ini
dengan dinding berlumut dan kelupas cat
kami dikenang?"
5. Sketsa Kota
hampir menjelang tengah malam
langkah lelah menjemput mimpi
pelan diseret pulang
ia yang percaya
pada mata akan jelas
menangkap geliat kota ini
katanya tak semuanya benderang
bisa dikenali di bawah
cahaya matahari
0 komentar:
Posting Komentar