18 Nov 2021

 

Catatan Bincang Buku Sama Jokpin



Penyair Joko Pinurbo

Beberapa hari yang  lalu (16 November 2021) saya diundang oleh Admin Rumpies The Club untuk mengikuti Bincang Buku Sama Jokpin via Google Meet. Acarannya dimulai pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB yang berisi dialog antara peserta dengan Penyair Joko Pinurbo, membahas seputar dunia literasi khususnya perpuisian.

Banyak hal yang bermanfaat yang saya dapat ketika mengikuti acara ini. Dan saya sempat juga mencatat beberapa hal, yang menurut saya penting sekali dari penjelasan yang diberikan Penyair Joko Pinurbo saat itu. Berikut ini catatan saya selama mengikuti acara tersebut.


1. Ketika Jokpin ditanya apa yang membuatnya bisa berkarya sedemikian lama?

Ia menjelaskan bahwa itu dikarenakan dorongan cinta dari dalam dirinya terhadap aktivitas menulis (puisi). Jokpin lalu bercerita bahwa ia menulis sejak masih duduk di bangku SMA. Ia juga mengatakan bahwa menulis telah menjadi pilihan hidupnya. Ia akui bahwa  menulis (puisi) menjadi semacam caranya untuk memaknai apa yang ia alami dalam kesehariannya.

Oleh karenanya, ia menyarankan bagi siapa pun yang ingin menekuni dunia kepengarangan maka jadikanlah aktivitas menulis itu sebagai pilihan hidup yang dilandasi cinta dari dalam diri. Sebab dengan rasa cinta dari dalam diri seseorang, menulis akan menjadi semacam kebahagiaan, memberikan kedamaian. Bagi Jokpin, menulis adalah untuk membahagiakan diri sendiri. Itulah makanya selama puluhan tahun ia mampu merawat semangat berkarya dan menciptakan begitu banyak karya-karya bermutu.

 

2. Bagaimana cara Jokpin menemukan inspirasi untuk setiap karya puisinya?

“Harus rajin menabung ide. Saya suka mencatat apa yang saya lihat dan temukan sehari-hari,” jelas Penyair Joko Pinurbo.

Baginya mencatat hal-hal yang menarik perhatian adalah cara terbaik untuk mendapatkan sumber inspirasi penulisan. Catatan itu selanjutnya akan ia renungi, telisik lebih dalam lagi untuk menemukan apa sebenarnya makna yang terkandung di dalamnya. Mengkontemplasikan ide yang telah dicatat tersebut akan membawanya pada suatu momen kreatif bagi penciptaan berbagai tema untuk karya-karya puisinya.

"Ada waktu menabung, dan ada waktu membuka tabungannya,” demikian Jokpin menganalogikannya.

 

3. Bagaimana cara seorang Jokpin mengatasi berbagai kesulitannya selama berkarya?

Penyair yang rendah hati ini lalu menjelaskan bahwa seorang yang berniat menekuni bidang kepengarangan mesti siap dengan segala kemungkinan. Jangan membayangkan segala sesuatu berjalan mulus. Kesabaran dan ketahanan mental sangat diperlukan dalam melakoni proses menulis. Mengapa?

"Menulis bukan hanya aktivitas intellektual. Tapi juga aktivitas mental,” ujar Jokpin.

Tak jarang karya yang kita buat tidak mendapat apresiasi yang memadai. Namun hal itu bukan berarti kita harus menghentikannya. Tetap  konsisten dan jaga semangat berkarya.


4. Bagaimana cara agar karya tulis kita bisa disukai banyak orang?

“Menulislah dengan menenggelamkan selera pribadi, " jawab Jokpin. 

Menurut Jokpin, menulis bukan untuk memuaskan selera pribadi. Menulis adalah menjadikan pembaca menyukai karya kita karena mengena di hatinya. Artinya, pembaca seakan-akan merasakan bahwa apa yang ada di karya merupakan sesuatu yang juga pernah dialaminya. Pembaca melihat kelebat dirinya di dalam karya kita. Ringkasnya, karya kita mesti 'nyambung' dengan kondisi psikologis pembaca.

 

5. Bagaimana mengatasi hambatan dalam menuangkan gagasan untuk ditulis?  

Jokpin menjawab bahwa sebaiknya seorang penulis itu tidak memulai sesuatu dengan hal yang abstrak. Mulailah dengan sesuatu yang kongkrit. Dalam mengatasi hambatan menulis, Jokpin memberi saran agar memulai dengan hal-hal yang kongkrit/nyata.

Ia memberi contoh ketika pandemi baru mulai marak, ia kerap mendengar sirine ambulans meraung-raung. Ia menjadikan hal ini sebagai objek kongkrit untuk direnungkan sebagai bahan tulisan. Maka sejumlah karya puisi berbagai tema mampu ia buat.

Artinya, mulailah dengan cara berpikir induktif. Jadikan peristiwa khusus, objek tertentu dapat menginspirasi kita untuk berkarya dengan cara menelisiknya.

Masih berkaitan dengan mengatasi hambatan menulis, Jokpin menyarankan agar seseorang yang menekuni bidang ini mau membaur dengan berbagai komunitas penulis. Sebab selain memotivasi diri agar lebih produktif berkarya, komunitas-komunitas tersebut dapat menjadi sarana untuk memperbaiki kualitas karya sastra yang dibuat. 

"Perlu mata orang lain untuk melihat, " demikian Jokpin mengumpamakannya.

 

6. Apa sesungguhnya puisi itu?

"Puisi adalah cara berdamai dengan diri sendiri. Puisi adalah warta sukacinta."

Definisi puisi yang sangat humanis ini menjadi pemikiran mendasar bagi seorang Joko Pinurbo setiap kali ia menciptakan karya puisinya. Penyair yang terkenal dengan metafora - metafora uniknya ini menjelaskan bahwasanya puisi itu adalah cara kita memulihkan diri sendiri dari luka-luka batin, sebuah upaya untuk ‘sembuh’ dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Puisi semacam cara orang menertawakan kegetiran hidup sekaligus merefleksi pengalaman-pengalaman traumatis di masa lalu. 

Puisi hadir sebagai katarsis. Ia memberikan jalan berdamai yang menentramkan jiwa. Di lain sisi, puisi juga merupakan cara untuk berempati kepada sesama manusia.


7. Sebagai penyair, cukupkah dengan pencapaian saat ini?

“Saya orang yang tidak pernah puas,” ujar Jokpin.

Menurutnya  jika dirinya cepat puas dengan pencapaian yang telah diraihnya saat ini, tentu ia tidak akan menulis puisi lagi. Bagi Jokpin, menulis sebaiknya semakin membuat orang tertantang untuk menghasilkan karya yang semakin baik lagi. Bukan berhenti ketika dirinya telah dikenal banyak orang akan tetapi ia seharusnya semakin produktif.

“Itulah makanya karya saya yang terbaik adalah karya yang belum saya tulis.”


8. Adakah (pilihan) diksi yang bagus untuk pembaca (karya kita)? 

"Diksi yang bagus untuk pembaca adalah diksi yang ramah di telinga masyarakat," jelas Jokpin. 

Menurutnya, seorang penulis harus mau mencermati kata-kata yang sedang populer digunakan orang banyak. Sehingga karya disajikan kepada pembaca kita adalah karya yang terkesan akrab di telinganya.

Lebih jauh lagi Jokpin menerangkan pengertian diksi ini. 

"Diksi tergantung pada visi hidup seseorang. Diksi itu semacam ekspresi dari filosofi pribadi seseorang."

Oleh karena itu, Jokpin menyarankan untuk meriset diri sendiri bagi siapa saja yang ingin menuangkan visi pribadinya dalam menulis. Ia mencontohkan bagaimana seorang Khairil Anwar mengekspresikan visi hidupnya dalam semua karya puisinya. 

"Bagi Khairil jelas bahwa hidup adalah menunda kekalahan. Dan hampir seluruh puisinya mengekspresikan soal ini. Bagi saya puisi itu cara berdamai dengan diri sendiri. Kegetiran yang diungkapkan dengan rileks."

Demikian segurat catatan yang saya buat ketika menyimak obrolan keren saat mengikuti Bincang Buku Sama Jokpin yang diselenggarakan Rumpies The Club. Saya sangat berterima kasih karena telah diundang untuk berpartisipasi sebagai peserta di acara yang amat berfaedah ini.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar