17 Mei 2015

 

Arok Dedes Sebuah Roman Politik

Arok Dedes, Pramoedya Ananta Toer


"𝘗𝘰𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘵𝘶𝘳 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘱𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘫𝘦𝘭𝘪𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘯𝘤𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘨𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳 𝘶𝘮𝘱𝘢𝘯-𝘶𝘮𝘱𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳. 𝘛𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘩𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘴𝘳𝘢𝘵 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘭𝘦𝘵𝘶𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪-𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘶." (𝘗𝘙𝘈𝘔𝘖𝘌𝘋𝘠𝘈 𝘈𝘕𝘈𝘕𝘛𝘈 𝘛𝘖𝘌𝘙)

AROK DEDES adalah roman politik yang berlatar-belakang sejarah. Berkisah tentang "kudeta pertama" di Nusantara, di masa kekuasaan Kerajaan Kediri. Roman ini ditulis oleh sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer yang melihat bahwa akar timbulnya perebutan kekuasaan adalah buah tangan dari penguasa yang cenderung menindas rakyatnya.

Dalam roman ini simbol kekuasaan direpresentasikan melalui Tunggul Ametung (mewakili kekuasaan Kediri dari Hindu Wiysnu) yang bertindak semena-mena. Ia merampas seorang putri Brahmana Dang Hyang Lohgawe (dari Hindu Syiwa), Dedes. Putri sang Brahmana yang diculiknya dan diboyong ke Tumapel.

Guna membalas perbuatan Tunggul Ametung, sang Akuwu Tumapel, Lohgawe menyusun kekuatan bersama para Brahmana setianya dan kaum Satria, Arok. Strategi perebutan kekuasaan Tumapel diputuskan dengan cara kudeta merangkak.

"Kudeta merangkak yang menggunakan banyak tangan untuk kemudian memukul habis dan mengambil kekuasaan sepenuh-penuhnya."

Alhasil, kekuasan Tumapel bisa ditumbangkan, dan Ken Arok yang menjadi raja baru bersama dua paramesywarinya, Ken Dedes dan Ken Umang.

Pram melihat bahwa jatuhnya kekuasaan Tumapel tidak disebabkan oleh hal "mistika irasional", yakni kutukan tujuh turunan keris Mpu Gandring. Keruntuhan Tumapel adalah murni gerakan perebutan kekuasaan politik yang terencana dan sistematis. 

"Aktor-aktornya bekerja seperti hantu. Kalaupun gerakannya diketahui, namun tiada bukti paling sahih bagi penguasa untuk menyingkirkannya."

Saya kira novel ini bagus sekali dibaca. Selain untuk menambah wawasan kita semua tentang sejarah dan pergolakan di Nusantara, tiap peristiwa dalam cerita yang dikisahkan secara dramatik membuka mata bahwa kesewenangan akan mengakibatkan timbulnya perlawanan. [M.I]
Share:

0 komentar:

Posting Komentar