29 Jan 2014

 

Siapa Yang Paling Tahu Soal Badai?

Alkisah hiduplah seorang filsuf yang mendapat pengetahuannya dari membaca buku. Ia merasa begitu bangga dan hebat oleh karena pengetahuannya yang banyak tersebut.

Suatu hari ia ikut berlayar di atas perahu pelaut yang ditumpanginya. Matanya melirik ke arah pelaut pemilik kapal. Seketika terlintas hasrat ingin menyombongkan dirinya. Ia lalu melempar tanya:

"Apa Anda sudah pernah membaca buku pertama dari ke empat Kitab Weda?"

"Maaf, Tuan.." kata si pelaut sopan, "Saya terlalu sibuk mencari nafkah. Saya tak punya waktu."

"Sayang sekali, teman. Berarti Anda telah kehilangan seperempat hidupmu dengan sia-sia." Pelaut itu diam saja, dan menelan mentah-mentah hinaan sang filsuf.

Selang beberapa saat kemudian, sang bijak pun bertanya lagi: "Teman.. Apa Anda telah membaca buku kedua dari ke empat Kitab Weda?"

"Filsuf yang terhormat!" pelaut itu berteriak jengkel, "Sudah saya katakan pada Anda, saya sungguh tak punya waktu untuk membaca."

"Maka," kata sang filsuf sombong, "bukan lagi seperempat tapi setengah dari hidupmu hilang sia-sia!"

Sang filsuf tetap menanyakan hal yang sama sampai buku ke empat Kitab Weda. Namun, beberapa saat setelah itu angin menderu-deru di atas permukaan air. Gelombang besar menghantam, mengombang-ambingkan dan kapal penuh terisi air.

Akhirnya, pelaut berteriak di tengah-tengah angin yang menderu-deru: "Tuan filsuf yang terhormat setelah tadi Tuan mengajukan empat pertanyaan kepada saya, sekarang giliran saya mengajukan satu pertanyaan saja untuk Anda. Apa Tuan bisa berenang?"

"Sama sekali tidak," jawab sang filsuf putus asa sambil berusaha menggapai dayung.

"Sayang sekali, saya menyesal harus memberitahu Anda, Tuan! Seluruh hidup Tuan akan hilang sia-sia," jelas si pelaut. Lalu, ia terjun dan berenang dengan gesit meninggalkan sang filsuf. Karena kepandaiannya berenang, pelaut itu bisa mencapai pantai pulau terdekat. Ia melihat perahunya sudah lenyap ditelan badai bersama sang filsuf.

(*) Cerita dari Filsafat India ini mengandung pesan: "Lebih baik mampu berenang di tengah-tengah badai kehidupan daripada mampu menjelaskan tentang badai secara teoritis.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar