20 Jul 2013

 

Pasar Hongkong Jambi: Ruang Pertukaran Lintas Budaya

”Pasar Hongkong” demikianlah masyarakat kota Jambi menyebutnya. Pasar tradisional ini terletak di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Cempaka Putih yang masuk wilayah Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.



Di tempat ini para pedagang yang berjualan menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi warga keturunan Tionghoa. Para pedagang yang kebanyakan berasal dari etnis Tionghoa menawarkan berbagai barang kebutuhan untuk warga keturunan: mulai dari peralatan sembahyang, buah-buahan, sayuran lobak Tiongkok, tumbuhan obat-obatan, bahan makanan dari laut seperti udang, teripang dan kepiting laut, daging babi dan ular, juga ikan sungai.

Aktifitas di pasar tradisional yang sudah berusia 27 tahun ini dimulai sejak terbit matahari dan berakhir sekitar pukul 10 pagi. Hal ini berhubungan erat dengan tradisi yang dilaksanakan warga keturunan, yakni berbelanja di pagi hari. Tak jarang terdengar bahasa tawar-menawar antara pembeli dan pedagang dipasar ini menggunakan bahasa Mandarin dengan dialek tertentu. Karenanya, selain sebagai tempat mencari barang yang dibutuhkan, Pasar Hongkong menjadi tempat berinteraksi antar sesama warga keturunan yang ada di Kota Jambi.

Namun seiring berjalannya waktu, kini para pengunjung pasar tradisional ini tak lagi hanya warga keturunan Tionghoa saja. Warga Kota Jambi dari etnis yang berbeda juga kerapkali menyambanginya. Ada yang bertujuan untuk membeli bahan-bahan tumbuhan obat, buah-buahan dan sayuran yang memang lebih berkualitas dari yang tersedia di pasar tradisional lain. Interaksi sosial yang tercipta akhirnya terkesan bernuansa pembauran budaya dari berbagai etnis yang ada.

”Pilihlah, Ko..” kata pedagang petai sambil mengikat buah petai pada seorang pengendara motor berhenti karena tertarik dengan barang dagangannya.

”Pete dali mano, ni?”

”Pete Lampung, Ko..” terangnya lagi, ”Pilihlah, Ko, buahnyo bagus semua, tuh..”

Tak berapa jauh dari pedagang petai itu, seorang pembeli tengah berbicara dengan pedagang tumbuhan obat di lapaknya.

”Ko, jual akar ilalang, dak?” tanya seorang pembeli dengan logat kental bahasa Melayu Jambi.
”Mau belapo ikat?” sahut si penjual.

”Seikatnyo berapo?”

”Ceban.. Dak mahal lah..”

”Goceng, yo, Ko?”

”Dak dapat..” jawab Koko penjual tumbuhan obat sambil tersenyum. Alis di kedua matanya hampir bertaut karena dahinya berkerut. Mungkin ia ingin berkata: ”Mau sehat, kok pelit?!”  Hehehe…

Begitulah interaksi sosial yang menjembatani antar warga etnis Tionghoa dan etnis lainnya di Pasar Hongkong Kota Jambi saat ini. Di tempat tersebut pertukaran lintas budaya terjadi secara elegan.  (M.I)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar