5 Jun 2013

 

Meriahnya Temu Karya Taman Budaya Se-Indonesia di Jambi

Gubernur_Jambi_Hasan_Basri_Agus


Perhelatan akbar Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia yang berlangsung 4-8 Juni 2013 secara resmi dibuka oleh Gubernur Jambi Hasan Basri Agus tadi malam (04/06/2013).

Para seniman yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini mencapai 800 orang yang merupakan utusan dari Taman Budaya dan komunitas kesenian seluruh Indonesia. Adapun tema yang diangkat adalah Kekuatan Mantra dalam Perspektif Kebudayaan Indonesia.

Diharapkan dengan penyelenggaraan kegiatan ini, terbuka ruang ekspresi berkesenian dan terjalin kerjasama antar Taman Budaya di seluruh Indonesia sehingga kekayaan budaya di tiap daerah yang menjadi ruh kebudayaan nasional dapat dikembangkan juga dilestarikan.  Sehingga beragam kebudayaan di Bumi Pertiwi dapat dijaga dari duplikasi dan klaim pihak luar.

“Begitu banyak kebudayaan Indonesia yang diduplikasi,” kata Gubernur Jambi dalam pidato sambutannya malam tadi.

Tentu saja hal ini mengkhawatirkan kita semua. Karenanya, peran serta dan kesadaran dari seluruh anak bangsa Indonesia untuk menjaganya amat dibutuhkan. Kekayaan budaya dengan berbagai kearifannya yang dapat menjadi tuntunan menghadapi dinamika perkembangan dan bisa dijadikan penyaring budaya luar yang tak sesuai dengan karakter bangsa. Maka, Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia di Jambi selain bisa mempererat silahturami, juga dapat menjadi wadah dalam rangka merumuskan bersama cara-cara yang elegan untuk membina generasi muda membentengi diri dari dampak negatif salah kaprah mengadopsi kebudayaan luar.


Para Pengunjung Terpukau Penampilan Peserta

Pada malam pembukaan para pengunjung tampak ramai. Mereka begitu antusias untuk menyaksikan secara langsung berbagai suguhan kesenian tradisional dari seluruh Indonesia yang ditampilkan para  peserta.

Seperti tarian tradisional “Lukah Gilo” yang mampu membius pengunjung semalam. Tarian yang sarat nuansa magis dengan iringan lagu dan musik tradisional daerah Jambi ini menjadi “magnet” yang menyedot pengunjung memadati arena utama pertunjukan. Para penari pun tampak mahir menampilkannya. Dengan membawa boneka Lukah, mereka menyuguhkan suatu kombinasi dari kekuatan seni gerak tari dan kekuatan musik juga syair lagu tradisional yang terkesan bagai mantra penghubung ke dunia lain.



“Lukah Gilo adalah permainan tradisional rakyat yang digelar selepas panen,” jelas narrator di panggung.

“Lukah yang terbuat dari bambu biasanya digunakan untuk menangkap ikan. Setelah dipakaikan baju, didandani dan dimantrai pawang agar berisi roh halus, lukah akan bergerak sendiri. Gerakannya bisa makin cepat sehingga dibutuhkan tiga sampai empat orang untuk mengendalikannya. Gerak lukah akan berhenti jika kepalanya berhasil dipecahkan.”

Selain pertunjukan tarian Lukah Gilo ini, di salah satu gedung fasilitas Taman Budaya juga digelar dua suguhan kesenian dari utusan Taman Budaya Jogjakarta dan komunitas kesenian Sintren Sekar Laras Majalengka dari utusan Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat.



Adapun pertunjukan kesenian Sintren yang tampil setelah sendratari dari utusan Taman Budaya Jogjakarta, mampu memaksa para penonton tak beranjak dari duduknya.



Kesenian ini menggabungkan kekuatan seni tari, alunan musik tradisional dan syair, juga atraksi memukau debus berhasil menawan hati semua orang yang menyaksikannya di dalam gedung yang semerbak dengan aroma asap kemenyan.

Usai dari menyaksikan dua pagelaran kesenian tradisional dari dua daerah yang menarik tersebut, perhatian para pengunjung mau tak mau tersita dengan berbagai seni instalasi dari bambu yang tampak di luar.


Bentuk yang unik dihiasi berbagai hiasan kreatif hasil dari tangan dingin senimannya membuat pengunjung terpersona.

Beralih ke panggung utama, ternyata masih ada juga penampilan kesenian tradisional yang tak kalah menariknya. Kali ini pengunjung dapat menyaksikan suguhan sendratari dari utusan Taman Budaya Provinsi Bali yang menawan.



Seandainya tak ada aktifitas rutin yang mesti dilakukan esok paginya, pastilah para pengunjung sudi menginap di arena Taman Budaya Jambi demi melihat pertunjukan berbagai kesenian daerah yang  ada.  Sebab selain menghibur hati pengunjung, Temu Karya Taman Budaya yang menyuguhkan berbagai pertunjukan seni bernilai estetik dari kebudayaan lokal masing-masing peserta juga mampu memberikan kesan betapa tingginya nilai-nilai kearifan lokal yang bisa didapat untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar tak terkontaminasi gaya hidup modern yang gamang.  (M.I)

(*) Sumber foto dari dokumen pribadi.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar