2 Jun 2013

 

Lelucon : Nakal, Jahil Tapi Menghibur

Ada sebuah cerita yang saya baca di majalah Reader Digest lama, edisi May 1994. Saya menerjemahkan cerita humor berbahasa Inggris tersebut dengan terjemahan bebas, konstektual tanpa merubah inti ceritanya:

"Frank percaya bahwa 5 adalah nomor khusus baginya. Ia lahir pada tanggal 5 Mei. Memiliki lima anak dan tinggal di rumahnya yang bernomor 555 di bagian Timur Jalan  55.

Pada hari ulang tahunnya yang ke-55, ia terkejut menemukan kuda bernama Numero Cinco yang ikut balapan pada lintasan ke-5.

Jadi lima menit sebelum pacuan, ia pergi ke jendela loket yang kelima mempertaruhkan lima ribu dollar uangnya untuk kuda Numero Cinco.

Tentu saja, kuda pilihannya itu mencapai garis finish di posisi kelima."


Catatan :


1. Numero Cinco (dari bahasa Spanyol) : Nomor Lima

2. Cerita humor ini ditulis oleh William Novak dan Moshe  Waldoks, dan dimuat juga dalam The Big Book of American Humor. 


Setelah membaca cerita humor pendek ini, saya tertawa sendiri sebab membayangkan seseorang seperti Frank si tokoh dalam cerita bertingkah konyol akibat kepercayaan butanya terhadap angka 5.

Baginya angka 5 itu mistik dan memiliki kekuatan ghaib yang mengatur jalan hidupnya dari sejak lahir. Ia percaya apa pun yang berhubungan dengan angka 5 akan memberinya keberuntungan, berkah yang langsung jatuh dari langit, mendadak dan tak perlu dinalar-nalar lagi asal-muasalnya. Bahkan ketika Numero Cinco - si kuda pacuan terpilih itu - hanya mampu tiba di garis akhir pada urutan ke-5, agaknya Frank tak perlu memikirkan kembali lima ribu dollarnya yang lenyap; sebab nominalnya ada di kelipatan angka 5 favoritnya nan ajaib itu.

Cerita ini lucu. Sebuah hasil dari konstruksi imajinatif yang berisi olok-olok. Ia menggelitik pembaca dan memancing gelak tawa dengan memberi rumusan baru tentang fanatisme buta: sebuah loyalitas tanpa perlu memikirkan akibat selanjutnya bagi diri sendiri karena dengan sikap loyal yang ajaib itu hasil menakjubkan jelas bisa didapat - termasuk kesialan yang mesti dialaminya.

Saya atau juga Anda bisa melihat gambaran kehidupan sehari-hari dalam lelucon ini, baik dilihat secara eksplisit maupun implisit. Kita mungkin pernah menemukan tipe pribadi seperti Frank. Oleh karena itu, sebuah lelucon adalah mimesis yang mengendurkan urat-urat syaraf. Ia melakukan peniruan atas peristiwa nyata, jahil menggelitik setelah memasukkan keganjilan ke dalam unsur pokok penceritaan. Ia hiburan yang membengkokkan momentum tertentu pada urutan pemaparan.

Lelucon juga keganjilan simbolis yang menggelitik. Bahkan, ia bisa menjadi sebilah pisau tajam yang mengkritik situasi dan kondisi sosial. Tidak percaya? Apa Anda baca Koran Kompas hari ini dan melihat seeokor sapi luar biasa seksi bergaya di kartun Konpopilan?



Lelucon sapi nan seksi ini tentu saja bukan hanya berasal dari alam fantasi senimannya. Ia peniruan realitas faktual yang terjadi di masyarakat saat ini. Kita tahu di Indonesia saat ini ada lobi-lobi supaya bisa menambah kuota impor sapi dari luar negeri. Si pelobi yang lihai itu suka sekali dengan sapi dan amat gemar dengan "sapi-sapi seksi" yang mau diajak "bobok siang."

Seniman yang menggambar kartun ini memperhatikan. Ia tak abai. Ia menyimak dan mengkonstruksi kembali hasil pengamatannya ke dalam karya seni di atas. Tentu saja lengkap dengan kelucuan yang menggelitik dan kritiknya terhadap "ketidakberesan" yang dilakukan oknum si tersangka koruptor kuota impor sapi tersebut.

Begitulah kiranya lelucon. Baik itu dalam bentuk cerita humor maupun dalam gambar kartun yang lucu, lelucon selalu bisa mengibur sekaligus mencerahkan melalui kritikannya yang mengena.

(*) Sumber gambar dari Kompas, Minggu, 2 Juni 2013 



Share:

0 komentar:

Posting Komentar