10 Jul 2012

 

Ciptakan Suasana Dialog yang Toleran Ketika Anak Remaja Anda Mulai "Bercinta"

“Lebar dahinya aja cuma setengah panjang jari telunjuk. Sempit tahu! Pikiran orang berdahi pendek. Kalau nggak bunuh diri, dia bunuh orang! Itu yang kamu kejar-kejar, ya?” tinggi nada suara ibu yang remaja putrinya sudah mengenal cinta monyet itu.

Apa pasal? Oh, rupanya si ibu cemas sekali. Beberapa kali remaja putrinya berbohong. Katanya mau pergi les, tak tahunya dilaporkan tetangga samping rumah yang kebetulan memergoki mereka sedang antri beli ticket nonton bioskop.

Wah, wah, repot juga kalau begini jadinya. Lantas, harus bagaimana orang tua bersikap supaya remaja putrinya tak terjerumus dan bertindak tanpa pertimbangan lagi untuk masa depannya? Ini mengingat “lepas pengawasan” sekali saja terhadap anak remaja, yang mulai mengenal rasa tertarik dengan lawan jenisnya, maka besar kemungkinan hal yang tak diinginkan orang tua bisa terjadi.

Oleh karena itu, simak tips berikut ini yang mungkin bisa membuka pikiran orang tua menemukan cara pengawasan yang baik terhadap anak remajanya.

1. Ajaklah anak Anda yang sudah masuk masa remajanya berdialog secara terbuka tentang pengertian “cinta yang terus terang” lebih indah dibandingkan “cinta yang memilih jalan belakang”.

Lalu, arahkan perhatiannya pada pemahaman bahwa jika seseorang telah mencintai pujaan hatinya, maka ia akan mendapat pengaruh positif untuk memikirkan masa depan lebih dulu.

Bukan hanya sekadar melampiaskan hasrat ketertarikannya melalui tindakan-tindakan yang tak patut, seperti tahan berbohong demi bisa berdekatan dengan sang pacar.

2. Anda sebagai orang tua sebaiknya bersikap bijaksana, yakni jangan menghakimi secara negatif bahwa lawan jenis yang dipilih anak remaja Anda sungguh buruk untuk ia jadikan pujaan hatinya hanya berdasarkan penampilan luar semata.

Kenali lebih dalam lagi pujaan hati yang dipilih remaja Anda dengan cara sesekali mengundangnya datang ke rumah.

Ajak ngobrol sembari Anda mengamati kebiasaan-kebiasaannya sebagai bahan penilaian kepribadian.

3. Untuk menghindari remaja Anda mengekspresikan “rasa cintanya yang mulai gedebak-gedebuk” itu sehingga berani melakukan tindakan-tindakan nekat, berikan pengertian tentang “candu cinta”; yakni cinta yang melenakan sehingga lupa memikirkan hari depan akan menyebabkannya menjadi korban cinta yang tanpa pertimbangan akal sehat.

Dan katakan dengan tegas bahwa itu tindakan bodoh!

4. Masukkan ajaran-ajaran agama ke dalam hati dan benak remaja Anda untuk dijadikan pedoman. Ini sangat penting.

Beritahukan bahwa kecintaan insan pada sesuatu di dunia ini akan membuatnya buta dan tuli.

Apalagi hasrat cinta remaja Anda pada pujaan hatinya hanya sekadar wujud kompensasi ketertarikan yang sangat kuat akan pesona tampilan luar semata.

Ajari dia bahwa cinta yang hakiki adalah cinta kepada Tuhan dalam bentuk mensyukuri nikmat dan menjalankan kewajiban memanusiawikan diri sendiri dengan merancang masa depan yang cerah.

5. Jangan terlalu mengekang remaja Anda dalam mengekspresikan diri.

Di lain sisi , usahakan pula jangan terlalu menuruti kemauannya yang tak terlalu penting untuk masa depan.

Fasilitasi kebutuhannya tapi dengan diawasi tanpa timbul perasaan dalam diri anak remaja Anda bahwa dia seperti berada di dalam “rumah kaca”.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar